Sabtu, 28 Oktober 2017

Teori terjadinya Bumi beserta Lapisan-lapisannya

Bab II
Kajian Teori

2.1 Teori tentang terjadinya Bumi

2.1.1 Teori Kant-Laplace

Walaupun simon laplace seorang ahli matematika dan astronomi bangsa perancis tidak tahu menahu tentang teori Kant, namun keduanya mengemukakan teori yang sama mengenai terjadinya bumi.
Demikian besarnya kesamaan teori tersebut, maka ekdua teori itu digabungkan menjadi satu, yang selanjutnya disebut teori kant laplace, disebut juga : Hypotesis kabut dari Kant-Laplace.
Secara garis besar laplace menggunakan teorinya sebagai berikut:
Di alam raya sudah ada awan yang telah berputar, awan ini makin lama makin mendingin, hal ini akan mengakibatkan pendataran di bagian kutub-kutubnya, dan penimbunan materi di bagian katulistiwanya, bagian katulistiwa inilah merupakan daerah yang paling tidak stabil sewaktu perputaran semakin cepat, di bagian yang tidak stabil tersebut akan terlepas materi dari massa asal. Bagian-bagian yang terlepas mengalami kondensasi dan akhirnya menjadi padat dan ikut berputar mengelilingi massa asal. Massa asal tersebut akhirnya menjadi matahari, sedangkan bagian yang terlepas tersebut setelah padat menjadi planet.
Sesudah bagian pertama terlepas, disusun bagian kedua, ketiga dan seterusnya sampai dengan kesembilan.
Sembilan bagian itu semuanya berputar mengelilingi matahari menurut lintasannya sendiri-sendiri. Kesembilan bagian inilah yang dikenal sebagai planet, dimana satu diantaranya adalah planet bumi kita ini.

Penyebaran Manusia Purba di Indonesia

PAPER ILMU ALAMIAH DASAR

 PENYEBARAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA


1.1 PENEMUAN MANUSIA PURBA DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA

Penemuan manusia purba pertama yang berada di Indonesia dilakukan oleh seorang dokter yang berasal dari Belanda yaitu , Eugene Dubois. Beliau melakukan penelitian pada tahun 1890 di dekat trinil, sebuah desa di Pinggir Bengawan Solo tak jauh dari Ngawi , dan berhasil menemukan kerangka manusia yang diberi nama Pithecantropus Erectus. Penemuan kedua yang berhasil dilakukan Dubois yaitu saat menemukan fosil ”Java Man” atau Pithecantropus Erectus di Trinil Jawa Timur.
Pada Tahun 1936 G.H.R von Koenigswald menemukan fosil tengkorak anak anak di dekat Mojokerto yang diperkirakan usia anak tersebut belum mencapai 5 tahun , Koenigswald menyebutnya Homo Mojokertensis.
Pada Tahun 1941 Koenigswald di dekat Sangiran Lembah Sungai Solo , menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecantropus. Koenigswald menganggap makhluk ini lebih tua dari Pithecantropus. Makhluk ini diberi nama Megantrophus Paleojavanicus.